NYOMAN ANJANI: “Every woman should be well-mannered and elegant by nature”

Cantik, pintar, berani dan karismatik adalah kesan yang dimiliki oleh Nyoman Anjani. Gadis kelahiran Bandung 17 Oktober 1990 ini adalah alumni dari Teknik Mesin ITB dan dipilih menjadi Ketua Kabinet Keluarga Mahasiswa ITB untuk periode 2013-2014. Ia adalah Ketua Kabinet Wanita ke-dua sepanjang perjalanan Keluarga Mahasiswa ITB.

Cerita tentang kehebatannya sebagai pemimpin wanita tak mungkin selesai hanya dalam artikel ini, namun inilah beberapa highlight yang saya dapatkan dari sang Pelita Penggerak Wanita Indonesia, semoga menginspirasi!

Untitled

Nyoman Anjani, Project Engineer Unilever Phillipines.

Semenjak lulus kuliah, Nyoman memiliki minat yang sangat besar terhadap dunia perindustrian & pabrik. Cita-cita Nyoman adalah membangun pabrik dengan teknologi yang canggih sebanyak mungkin di Indonesia bahkan di seluruh dunia, sehingga dapat menjadi lapangan kerja bagi masyarakat dan dapat menciptakan produk yang memiliki nilai tambah serta dibutuhkan oleh banyak orang.

Hal pertama yang membuat Nyoman jatuh cinta dengan pekerjaan yang ia geluti di Unilever saat ini adalah: ketika kali pertama ia bekerja di pabrik Foods Unilever Indonesia. Itulah kali pertama Nyoman melihat banyak sekali robot, mesin-mesin canggih, sistem konveyor dan automasi yang kompleks dalam sebuah pabrik. Bagi lulusan Teknik Mesin sepertinya, lingkungan kerja seperti ini sangat menarik dan menimbulkan rasa ingin tahu dan belajar yang besar bagi dirinya.

Keseruan kedua yang dirasakan oleh Nyoman adalah ketika ia harus menangani proyek yang berkaitan dengan penyempurnaan produktivitas dan permesinan, instalasi automation dan robot di pabrik-pabrik Unilever, proyek seperti ini banyak memberi ruang bagi Nyoman untuk berimprovisasi, belajar hal-hal baru dan berbeda, berkreativitas, mandiri, dan mengasah leadership dalam tim di dunia professional.

Keseruan ketiga untuk Nyoman adalah rasa bangga yang ia dapatkan ketika berhasil membuat produk-produk yang banyak dibutuhkan oleh masyarakat baik di Indonesia maupun di luar negeri. “Rasanya senang jika melihat produk buatan pabrik yang saya tangani bisa dipajang di setiap toko dan dibeli oleh banyak konsumen. Itulah mengapa saya sangat tertarik dengan dunia manufacturing. Ketika kita tidak hanya sekadar mengambil bahan mentah dari alam, tetapi kita mampu untuk mengolahnya dalam skala besar untuk menjadi suatu produk yang memiliki nilai tambah serta inovasi di dalamnya dan dibutuhkan oleh banyak orang.” tuturnya.

 

Di tahun pertama Nyoman bekerja di Unilever, ia diberi posisi sebagai Production Leader di Pabrik Foods-Dry Savoury (memproduksi semua macam produk Royco & Knorr) dan membawahi sekitar 400 karyawan Unilever. Ini pengalaman pertama Nyoman di dunia professional untuk memimpin karyawan (blue collar) sebanyak jumlah tersebut. Untuk bisa membaur dengan seluruh karyawan dengan ragam latar belakang pendidikan, umur, dan karakter di dunia pabrik ini, pastinya dibutuhkan kemampuan khusus. Dalam konteks ini, Nyoman sangat bersyukur karena ketika masih mengenyam pendidikan di kampusnya dulu, ia banyak menyempatkan waktu untuk berorganisasi. Ia merasa bahwa selain basic skill engineering dan ilmu pengetahuan yang ia miliki, kemampuan leadership yang baik sangat dibutuhkan dalam dunia kerja professional. Terlebih, untuk mendapatkan tenaga kerja sarjana yang seimbang antara hard skilI (engineering/knowledge) dan leadership skill sekarang ini tergolong sulit.

 

Nyoman Anjani, Presiden KM ITB 2013-2014.

1

That was the best experience ever! It has changed my life so much” ujarnya. Rasa bangga dan syukur karena ia dapat mengemban amanah untuk berkontribusi serta menjadi inspirasi bagi masa kampus dan masyarakat pada saat itu. Saat menjalankan perannya sebagai Ketua Kabinet, hal-hal yang ia lakukan ia anggap seru walaupun pastilah melelahkan. Untungnya, Nyoman memiliki tim Kabinet Pelita Muda yang sangat hebat pada saat itu, sehingga semua masalah bisa diatasi bersama. Tak lama dari itu, Nyoman mendirikan Unit Kegiatan Mahasiswa Pelita Muda ITB yang bertujuan untuk mengembangkan daerah-daerah yang dianggap masih tertinggal dengan menerapkan ilmu-ilmu yang telah dipelajari di ITB dan menempatkan teknologi secara tepat guna melalui ekspedisi-ekspedisi yang dilakukan.

 

Terlalu banyak hal yang tak bisa dilupakan oleh Nyoman ketika menjadi Ketua Kabinet KM ITB, beberapa diantaranya adalah ketika berorasi di depan 3000 mahasiswa baru ITB pada OSKM 2014, Unjuk rasa di depan Kementrian ESDM Jakarta untuk menuntut nasionalisasi Blok Mahakam oleh Pertamina, dan juga saat kali pertama terkena penyakit Bronchitis karena kerap kali pulang tengah malam, menaiki motor dan kurangnya waktu istirahat. Disini Nyoman belajar bahwa hidup itu sangat berharga, dan bahwa hidup adalah tentang pengorbanan.

Dalam perjalanannya sebagai Presiden KM, Nyoman juga memiliki suka dan duka tersendiri,

Sukanya: Sosok perempuan sebagai pemimpin lebih dirasa oleh masa kampus dapat mengayomi dan membaur dengan semua jenis karakter manusia di dalam organisai dan kampus, khususnya dalam menghadapi para Ketua Himpunan yang mayoritasnya adalah laki-laki.

Dukanya: Ketika masuk pada forum-forum tertentu di luar kampus ITB, dimana laki-laki lebih menjadi prioritas atau diutamakan untuk menjadi pemimpin dan keberadaan wanita seringkali dipisahkan dari forum utama. Untuk menyuarakan pendapat, Nyoman harus mewakilkannya kepada Menteri Koordinator Eksternal kabinetnya pada waktu itu. “Terkadang sebagai wanita, kita harus pintar-pintar memposisikan diri sesuatu situasi dan kondisi tempat kita berada dan tidak mengedepankan ego pribadi :)” tuturnya.

2

Dalam menjalankan tugasnya, terkadang Nyoman bertemu dengan kolega yang memiliki ego tinggi atau terlalu keras kepala. Sebagai seorang wanita, Nyoman berpikir bahwa ia harus pandai membaca situasi, menempatkan diri, dan menentukan cara pendekatan seperti apa yang tepat untuk karakter orang tersebut. Jika ternyata Nyoman tidak dapat menanganinya secara langsung, Nyoman akan meminta bantuan kepada orang yang ia percaya dan juga dekat dengan orang tersebut sehingga dapat melakukan pendekatan yang “pas” agar maksud dan tujuan organisasi tetap tercapai. Ia berpendapat bahwa “Kita sebagai wanita harus pandai berbagi peran dan membagi peran dalam organisasi, place the right person on the right position.”

Dalam menangani masalah, Nyoman memiliki cara sendiri untuk menghadapinya, yaitu dengan :

  • Tetap tenang
  • Coba dilihat dari prespektif yang berbeda & sudut pandang yang jauh lebih besar/holistic.
  • Coba dianalisis apa root cause/akar permasalahannya.
  • Mencari solusi dengan men-tackle root causenya/cara lain yang lebih kreatif
  • Kalau masih buntu, coba konsultasi dengan senior/mentor/sahabat.
  • Kalau masih buntu juga, coba konsultasi dengan Tuhan, pasti ketemu jawabannya 🙂

Saat ditanya caranya memimpin anggota yang kebanyakan adalah seorang laki-laki, dengan lembut ia menjawab “Natural saja, jadi diri sendiri.” Ia yakin bahwa laki-laki tidak bisa dilawan dengan ego atau cara yang keras juga, Pemimpin perempuan harus bisa tetap bersikap lembut, tenang, dan mengayomi, tetapi mampu tegas dan rasional dalam setiap pengambilan keputusan. Every women should be well-mannered and elegant by nature.

Ditengah kesibukannya, Nyoman masih menyempatkan diri untuk menjalankan hobi-hobinya yaitu membaca, mendaki gunung dan melukis. Nyoman juga dengan senang hati memberikan tips-tips yang ia gunakan untuk mengatur waktu sibuknya:

> Set prioritas hidup dan kegiatan

> Set target dan tujuan bulanan serta tahunan

> Set jadwal harian dan mingguan

> Kurangi waktu aktivitas yang tidak produktif, coba multitasking melakukan sesuatu yang produktif ketika sedang menunggu

> Waktu tidur sehari diatur di angka 5-6 jam. (4 jam boleh aja sih, tapi biasanya tengah hari pasti mengantuk/tidak konsentrasi)

> Luangkan waktu untuk olahraga (biar badan bugar menghadapi semua kesibukan dan tekanan mental)

Akhir kata, inilah yang bisa Nyoman sampaikan kepada kita semua sebagai generasi muda yang kebanyakan masih mengenyam pendidikan perkuliahan: “Balance your basic and leadership skill, jangan cuma belajar di dalam kampus, tetapi belajar juga lewat berorganisasi dan mencari pengalaman di luar kampus. Keluarlah dari pagar-pagar tinggi kampus dan lihatlah banyak hal menarik di luar sana yang bisa mengajarimu how to survive.

🙂

Article by : Wina Septiani

you can also read this article in Luminaire Magazine: http://bit.ly/luminaire6th

 

One thought on “NYOMAN ANJANI: “Every woman should be well-mannered and elegant by nature”

Leave a comment