TAKE A CLOSER LOOK WITH THE AMBITIOUS LADY ‘KEN RATRI ISWARI’

You must be familiar with Ken Ratri Iswari! Don’t you? Secara gadis kelahiran Bandung, 18 Juli 1986 ini sering banget jadi pembicara di seminar-seminar terkait start-up business dan recruitment untuk kalangan mahasiswa. Kalau masih belum ngeh juga.. Let’s take a closer look at her!

         Ken Ratri Iswari, (Ken), adalah satu dari sekian wanita yang berhasil mendirikan dan menjadi pemimpin untuk perusahaannya sendiri. Ken dan salah satu teman wanitanya, Yunita Anggraeni membentuk sebuah agensi konsultan rekrutmen atau head hunter khusus untuk para ahli di bidang Information and Technology(IT).

Perusahaan yang dibangun dan terus dikembangkan oleh Ken sejak Juli 2013 ini, sekarang dikenal dengan nama “Geek Hunter”. Selain, menemukan talenta-talenta IT untuk perusahaan yang membutuhkan, Geek Hunter juga membantu mencari, merencanakan, dan meningkatkan jenjang karir bagi para talenta IT sendiri.

Berbekal, ilmu dari Sekolah Bisnis dan Manajemen ITB dan Queensland University of Technology, Ken sadar bahwa menjalani karir yang dicita-citakannya sejak kecil untuk menjadi business woman tidaklah mudah. Sebelum akhirnya membuat dan menjadi CEO dari Geek Hunter, Ken pernah berkarir di perusahaan multinasional seperti P&G, Shell, Contega International (sekarang liv.it) dan terakhir sebagai dosen di almamaternya, SBM ITB.

Seluruh ilmu dan pengalaman yang Ken miliki, menuntun Ken untuk lebih melebarkan perspektifnya. Ken melihat bahwa banyak perusahaan mengalami kesulitan dalam menemukan programmer, sebaliknya terdapat programmer-programmer andal diluar sana yang belum berada di puncak karir mereka.

        Berangkat dari keinginan memecahkan permasalahan-permasalahan itulah akhirnya Ken membentuk Geek Hunter. Dalam menjalankan perannya sebagai seorang CEO, pastilah Ken memiliki banyak tantangan dan hambatan. Apalagi jika ditilik dari gender perspective bahwa Ken adalah seorang wanita. Hal ini merupakan tantangan tersendiri untuk Ken dalam memimpin baik laki-laki atau perempuan. Meskipun demikian, Ken selalu memperlakukan koleganya dengan sama, tidak memandang gender.

Ngomong-ngomong, soal kemimpinan, sebagai pemimpin Ken selalu berusaha membangun collaboration, inclusion, and consultation. Ken beranggapan bahwa,

 “The result within a company is a culture where everyone’s ideas and insights are heard and considered in making decisions and where people feel valued, and therefore committed to achieving organizational goals.”

Ken merupakan tipe pemimpin yang lebih mementingkan solusi dibandingan masalah yang sedang dihadapi. Mencari apa yang ia dan koleganya bisa pelajari, kembangkan dan juga selesaikan.

Tak jarang Ken merasa jenuh dan terbebani pikiran dalam rutinitasnya sebagai CEO. Untuk mensiasatinya, Ken akan melangkah sedikit lebih luar sehingga Ken dapat melihat segala sesuatunya dengan lebih jelas. Pecinta Leonardo di Caprio dan penikmat Tempe Goreng ini sangat mencintai Travelling. Jadi, gak heran kalau isi social media-nya tidak monotonhanya di satu tempat. Kiat Ken sebagai seorang CEO dalam membagi waktu adalah dengan cara mengurutkan kegiatannya dari prioritas dan kepentingan. Sehingga, Ken tau apa yang perlu dan tidak perlu ia lakukan.

         Saat ditanya hal unik apa yang Ken miliki, hanya satu kata yang ia utarakan, “Ambis.” She just have to win everything! Ditambahlagi motto hidupnya “You only Live Once”, membuat Ken eager to be the best in everything! Masih belum puas dengan karirnya sekarang dan ingin lebih menggali potensi yang ada, dalam kurun waktu dekat Ken berencana men-start-up sebuah bisnis yang masih terkait dengan rekrutmen.

Dalam jangka panjangnya, Ken juga berniat untuk menginisiasi sebuah “Geek Hub”.

 

Last, but not least, to whoever you are who reading this article, let’s together say Amen to Ken’s major dream: Having her own office in Hunter Street, Sydney, Australia.

🙂

Article by : Wina Septiani

you can also read this article in Luminaire Magazine: http://bit.ly/luminaire6th